StarSquad

26 Maret 2011

Hinamatsuri



Setiap tanggal 3 Maret (tanggal 3 bulan 3 kalender matahari/lunar) di seluruh wilayah Jepang diadakan Hina Matsuri, festival boneka untuk anak perempuan atau juga dikenal dengan Momo no sekku, festival bunga Peach blossom. Festival ini awalnya berasal dari budaya China, dan mulai dirayakan di Jepang pada masa Heian (794-1192).

Pada hari itu keluarga yang memiliki anak perempuan berdo’a ke kuil Shinto. Memohon kesuksesan, kebahagian hidup dan kesehatan untuk anak perempuan mereka. Bila anak perempuannya sudah beranjak dewasa, mereka pun memohon agar anak perempuan itu mendapat jodoh dalam waktu dekat.

Dulu, para orang tua, anak perempuan bahkan kakek-nenek bahu-membahu membuat boneka dari kertas washi. Tepat di hari puncak perayaan, mereka memasukkan boneka itu ke dalam sebuah kapal kecil, menaruhnya di sungai dan mengalirkannya ke laut. Mereka percaya dengan begitu semua kejelekan, nasib buruk dan energi negatif juga terbawa oleh boneka itu ke laut. Tapi sepertinya hal ini sudah mulai jarang dilakukan.

Setelah itu mereka akan berkumpul dan mengadakan pesta keluarga di rumah.Kakek-nenek dan orang tua memberi hadiah untuk anak perempuan. Umumnya hadiah itu berupa mainan, dan yang paling sering hadiahnya adalah boneka.

Arare, sejenis panganan dari tepung beras dan Chirasi Sushi adalah makanan yang wajib ada di pesta itu. Di Kyoto orang-orang juga menyantap kue Mochi yang berwarna merah jambu dan dibungkus daun sakura dalam pesta Hina matsuri. Sedangkan minuman yang disajikan adalah amezake, sake manis tanpa alkohol yang terbuat dari fermentasi beras.

Mulai pertengahan Februari biasanya rumah-rumah orang yang memiliki anak perempun di hias pernak-pernik yang umumnya berwarna merah jambu, warna untuk anak perempuan.Bunga peach blossom menjadi hiasan utama. Orang Jepang mengganggap Peach blossom sebagai lambang feminin dan kebahagian rumah tangga.

Boneka Hinapun di keluarkan dan dipajang di ruangan paling bagus di rumah. Boneka hina yang sudah ada sejak zaman Edo (abad 17-19) ini terdiri atas 15 buah. Tempat pajangannya berupa undak-undakan yang dilapisi kain felt warna merah. Undak-undakan itu berjumlah 5 atau 7.


Pada undakan tertinggi ada boneka O Dairi sama(emperor/ raja) dan O Hina sama( permaisuri/putri). Latar belakang tempat duduk boneka ini berupa lukisan berwarna keemasan. Mirip dengan pembatas dinding istana raja yang sesungguhnya. Di sisi kiri, kanan boneka O Dairi Sama dan O hina Sama dihias dengan bunga peach blossom.

Undakan ke dua ada boneka san nin kanji (3 orang dayang-dayang) yang memegang tempat sake. Undakan ke tiga ada 5 boneka pemain musik. Empat boneka masing-masing memegang alat musik yang berbeda, sedangkan 1 boneka penyanyi memegang kipas.




Undakan ke empat diisi dengan miniatur wadah makanan, yang diapit oleh 2 boneka mentri kerajaan di kanan kirinya. Sedangkan undakan ke lima ada 3 buah boneka pengawal yang diapit oleh pohon jeruk orange di sisi kiri dan pohon cherry di sisi kanan.
Undakan ke 6 dan ke 7 diisi dengan berbagai miniatur ornamen furniture.

Semakin kaya dan terpandang suatu keluarga boneka Hina yang dipajangpun semakin mahal dan mewah. Karena sekarang banyak orang Jepang yang tinggal di apartemen dengan ruang terbatas, mereka tidak lagi memajang boneka Hina yang berundak-undak dan memakan tempat itu. Sebagai gantinya mereka memajang boneka O Dairi sama dan O Hina Sama saja.

Pada malam tanggal 4 Maret boneka itu harus segera disimpan kembali. Ada kepercayaan yang beredar di masyarakat, bila boneka Hina terlambat disimpan maka anak gadis di rumah itu tidak akan mendapat jodoh sampai pesta Hina Matsuri tahun depan..

Banyak orang lanjut usia di Jepang percaya, sekarang banyak perempuan muda yang menikah di atas usia 30 tahun disebabkan keteledoran orang tua mereka, tidak menyimpan boneka hina pada waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar