Di Jepang, tanggal 5 Mei merupakan hari libur nasional yang dikenal dengan sebutan hari anak. Pada hari tersebut biasanya dilaksanakan perayaan untuk anak laki-laki. Mulanya, perayaan ini merupakan perayaan yang diselenggarakan pada jaman kuno China, namun di Jepang, perayaan ini mulai dilakukan pada jaman Nara ( 710 ~ 784 ). Dalam rangka merayakan pertumbuhan kesehatan anak laki-laki dan harapan agar dapat tumbuh berkembang dalam kehidupan, masyarakat Jepang memajang boneka pada bulan mei dan memancangkan koinobori, yaitu umbul-umbul berbentuk ikan karper atau koi. Sesuai dengan namanya Koinobori,yang artinya “Ikan yang memanjat".
Selain itu, mereka juga memakan kue tradisional seperti Chisaki, yaitu kue kukus yang terbuat dari kacang merah yang dibungkus daun bambu kecil serta kue kashiwamochi, kue ketan yang berisi selai kacang merah yang dibungkus dengan pohon Ek. Mereka juga membuat masakan musim semi seperti Takenoko Zushi (sushi dari rebung) disertai dengan meminum sake dari bunga iris. Bunga iris ini dikenal sebagai tanaman obat dengan kekuatan ajaib yang umumnya digunakan untuk menghalau dan mencegah kekuatan jahat. Bunga ini sering digunakan untuk pengganti payung, alas bantal dan untuk berendam di ofuro (bak mandi).
Pada pertengahan jaman Edo (1600 ~ 1867), terdapat kebiasaan di kalangan keluarga samurai yang dianugerahi bayi laki-laki yaitu memancangkan koinobori dan gambar kuda di depan pintu masuk. Tak lama kemudian, kebiasaan ini meluas hingga keluarga yang bukan samurai pun memancangkan koinobori bila lahir bayi laki-laki dalam keluarga mereka. Kebiasaan memancangkan koinobori bermula dari legenda ikan koi akan berubah menjadi naga dan terbang di langit bila mencapai air terjun Ryumon. Sejak dulu, ikan koi dipercaya sebagai ikan yang mendatangkan nasib baik. Ikan koi adalah ikan kuat yang tidak hanya bisa hidup di sungai beraliran jernih saja, tetapi juga di kolam dan di rawa.
Pada pemasangan koinobori, terdapat harapan agar sang anak akan tumbuh baik dan sukses tanpa peduli baik atau buruknya lingkungan. Pemikiran mengibarkan koinobori di langit biru sebagai wujud harapan suskesnya pertumbuhan anak laki-laki, merupakan kepekaaan khas yang hanya dimiliki oleh orang Jepang. Urutan pemasangan koinobori, pertama kali adalah memasang yaguruma, yang berperan sebagai jimat. Kemudian berurutan dipasang fukinagashi, magoi, dan higoi. Fukinagashi mempunyai arti sebagai keluarga. Sedangkan magoi, dengan ukuran besar yang berwarna hitam menggambarkan ayah. Higoiadalah ikan koi berwarna yang melambangkan perwujudan dari ibu. Setelah semuanya selesai dipasangkan, yang terakhir adalah memasang kogoi, yang mencerminkan jumlah anak laki-laki dalam keluarga tersebut.
Pada pemasangan koinobori, terdapat harapan agar sang anak akan tumbuh baik dan sukses tanpa peduli baik atau buruknya lingkungan. Pemikiran mengibarkan koinobori di langit biru sebagai wujud harapan suskesnya pertumbuhan anak laki-laki, merupakan kepekaaan khas yang hanya dimiliki oleh orang Jepang. Urutan pemasangan koinobori, pertama kali adalah memasang yaguruma, yang berperan sebagai jimat. Kemudian berurutan dipasang fukinagashi, magoi, dan higoi. Fukinagashi mempunyai arti sebagai keluarga. Sedangkan magoi, dengan ukuran besar yang berwarna hitam menggambarkan ayah. Higoiadalah ikan koi berwarna yang melambangkan perwujudan dari ibu. Setelah semuanya selesai dipasangkan, yang terakhir adalah memasang kogoi, yang mencerminkan jumlah anak laki-laki dalam keluarga tersebut.
Koinobori umumnya mulai dipancangkan pada 1 ~ 2 minggu sebelum tanggal 5 Mei. Pagi dipancangkan, malam diturunkan. Di Jepang, perayaan koinobori yang terkenal adalah “koinobori no kawawatashi” Manba, kota Kanna, perfektur Gunma dan “koinobori no kawawatashi” desa Towa perfektur Kochi.
Salah satu tempat di Jepang yang menyelenggarakan festival Koinobori yang terkenal yaitu di sungai Sagamihara. Daerah Sagamihara ini bisa ditempuh selama 2 jam dengan naik kereta dan bus dari Tokyo pusat. Banyak sekali peserta dan pengunjung pada festival Koinobori di sungai Sagamihara setiap tahunnya. Mereka berbondong-bondong datang bersama teman, pasangan dan keluarga untuk ikut dan menyaksikan festival Koinobori ini.
Sebagaimana di Indonesia,setiap ada festival, acara perayaan di Jepang juga banyak terdapat pedagang kaki lima yang kebanyakan menjajakan aneka makanan dan masakan. Apalagi makan Takoyaki (Gurita bakar yang dibungkus tepung dan dikasih daun bawang), sambil melihat Koinobori,sungguh nikmat sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar