Musim Semi (Haru) dimulai sekitar bulan Maret, dan orang Jepang menyambutnya dengan gembira, karena hari-hari dingin dan tidak bersahabat telah berakhir. Musim Semi ditandai dengan munculnya kuncup-kuncup bunga pohon plum (ume). Dan setelah bunga pohon plum berakhir, muncul kuncup-kuncup bunga paling terkenal di Jepang, bunga Sakura.
Musim semi ditandai dengan munculnya tunas baru pada tumbuhan. Tentu saja termasuk bunga-bunga. Musim semi adalah saat mekarnya bunga sakura, dan saat melakukan hanami, acara menonton bunga sakura. Dan tunas baru pada tumbuhan itu banyak yang dijadikan bahan makanan.
Orang Jepang suka memanfaatkan tunas-tunas tumbuhan liar di pegunungan yang mereka sebut sansai (artinya sayuran gunung) untuk bahan makanan. Karena tumbuhan liar, variasinya banyak, dan tergantung daerah tempat tinggal. Salah satu yang populer adalah pucuk udo.
Sayur-sayur ini biasanya dibuat tempura (digoreng tepung) bersama berbagai jenis umbi-umbian dan makanan laut seperti udang dan cumi. Tempura sendiri dapat dimakan begitu saja, juga dapat disajikan sebagai topping untuk udon.
Ada pula sayuran yang bisa dipanen banyak pada musim semi. Salah satunya adalah nira (kucai). Nira enak ditumis atau dibuat omelet. Sayuran lain di musim semi, yang sebenarnya masih dapat dikategorikan sebagai sansai adalah rebung (take no ko). Rebung bisa dimasak dengan berbagai cara, di antaranya ditanak bersama nasi (take no ko gohan).
Makanan laut yang dapat dijumpai pada musim semi adalah asari, sejenis kerang yang sebenarnya juga terdapat di Indonesia (hanya saja saya tak tahu namanya dalam bahasa Indonesia). Asari ini enak direbus dengan sake (sakamushi) atau dimasak sebagai isi (gu) untuk sup miso (miso shiru)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar